Senin, 26 September 2011

10 Kebiasaan Yang Dapat Merusak Otak

Menghadapi masa-masa ujian tentu sangat mendebarkan. Apalagi kalo otak ini gak mau bekerja sama untuk mensukseskan UN, lambat mikir alias LoLa(loading lama), error melulu. Kalo ditanya susah nyambungnya(pegangan aja ya), wah jadi berabe nih, apa kata mami n papi ??!! Ingin tau penyebabnya ? Saya akan berbagi ilmu dengan anda :

1. Tidak Sarapan Pagi
     Mereka yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki gula darah yang rendah, yang akibatnya suplai nutrisi ke otak menjadi kurang.

2. Makan Terlalu Banyak
     Terlalu banyak makan, apalagi yang kadar lemaknya tinggi, dapat berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan menurun.

3. Merokok
     Zat dalam rokok yang terhisap akan mengakibatkan penyusutan otak secara cepat, serta dapat mengakibatkan Alzheimer.

4. Mengkonsumsi gula terlalu banyak
     Konsumsi gula terlalu banyak akan mengakibatkan terganggunya penyerapan protein dan nutrisi, sehingga terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan mengganggu perkembangan otak.

5. Polusi Udara
     Otak adalah konsumen oksigen terbesar dalam tubuh manusia. Menghirup udara yang berpolusi menurunkan suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan efisiensi otak.

6. Kurang Tidur
     Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Kekurangan tidur dalam jangka waktu lama akan mempercepat kerusakan sel-sel otak.

7. Menutup Kepala Saat Tidur
     Kebiasaan tidur dengan menutup kepala meningkatkan konsentrasi zat karbondioksida dan menurunkan konsentrasi oksigen yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8. Menggunakan pikiran saat sakit
     Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan pikiran kita saat sedang sakit dapat menyebabkan berkurangnya efektifitas otak serta dapat merusak otak.

9. Kurang Menstimulasi Pikiran
     Berpikir adalah saat yang paling tepat untuk melatih otak kita. Kurangnya stimulasi pada otak dapat menyebabkan mengkerutnya otak kita.

10. Jarang Berkomunikasi
     Komunikasi diperlukan sebagai salah satu cara memacu kemampuan kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu efisiensi otak. Jarangnya berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual otak jadi kurang terlatih.

Sabtu, 24 September 2011

SURATKU UNTUKMU

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…

Untuk anakku yang aku sayangi di bumi Allah Subhanahuwata’ala, segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah memudahkan ibu untuk beribadah kepada-Nya, sholawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam,keluarga dan para sahabatnya.

Wahai  anakku, ini adalah surat yang penuh luka dari ibumu yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang ibu coba untuk menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu selalu meliputi. Setiap kali menulis setiap itu pula gores tulisan terhalangi oleh tangis dan setiap kali ku menitihkan air mata, setiap itu pula hatiku terluka.

Anakku, setelah usia yang panjang ini kulihat engkau telah menjadi laki-laki yang dewasa, laki-laki yang cerdas dan yang bijak. Karenanya engkau pantas membaca lembaran surat ini, sekalipun kelak engkau akan meremas-remas kertas ini lalu kau robek-robek, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati Ibu dan kau robek pula perasaannya.

Duhai anakku, dua puluh lima tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun yang penuh kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter mengabarkanku bahwa aku hamil, dan semua ibu mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri Ibu, sebagaimana ia adalah awal perubahan fisik dan emosi Ibu. Setelah kabar gembira tersebut, aku membawamu sembilan bulan. Tidur, berdiri, makan, dan bernafas dalam kesulitan, akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku padamu, bahkan  ia tumbuh bersama berjalannya waktu. Aku mengandungmu dalam kondisi lemah diatas lemah, akan tetapi aku begitu gembira setiap kali aku merasakan terjangan kakimu atau balikan badanmu diperutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku karena semakin hari semakin bertambah berat perutku berartidengan begitu engkau sehat wal’afiyat dalam rahimku, anakku. 

Sebuah penderitaan berkepanjangan yang mendatangkan fajar kebahagiaan sesudah berlalunya malam pada saat itu. Aku tidak tidur dan tidak pula dapat memejamkan mata sekejappun. Aku merasakan sakit yang tak tertahankan, rasa takut dan cemas yang tidak bisa dilukiskan dan tidak pula dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sakit itu berlanjut, sehingga membuatku tidak lagi dapat menangis, sebanyak itu pula aku melihat kematian dihadapanku. Hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia, maka bercampuraduklah air mata tangisanmu dengan air mata kebahagiaanku. Dengan itu telah sirna seluruh rasa sakit dan pendeitaan yang aku rasakan, bahkan kasihku bertambah dengan bertambah kuatnya sakitku, aku peluk cium dirimu sebelum aku teguk setetes air yang ada di kerongkonganku.

Wahai anakku, telah berlalu tahun dari usiamu, sedangkan aku membawamu dengan hatiku. Aku memandikanmu dengan kedua tanganku dan aku jadikan pangkuanku sebagai bantalmu dan dadaku sebagai makananmu, saripati hidupku kuberikan kepadamu, aku tidak tidur semalaman agar engkau bisa tidur, berletih seharian demi kebahagiaanmu. Harapanku setiap harinya, hanyalah agar aku melihat senyumanmu dan kebahagiaanku setiap waktu adalah agar engkau memintaku sesuatu yang dapat aku lakukan untukmu. Itulah 
puncak dari kebahagiaanku, dihari-hari masa kecilmu.

Sehingga berlalulah waktu, hari berganti hari, bulan berganti buan, tahun berganti tahun, selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tak pernah berhenti, menjadi pekerjamu yang tidak pernah lelah, mendo’akan selalu kebaikan dan taufik untukmu. Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari, hingga engkau tumbuh dewasa. Telah tegap badanmu, telah kekar pula ototmu, dan telah nampak jiwa laki-lakimu pada kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu wahai anakku. Tatkala itu, aku mulai melirik kekiri dan kekanan untuk mencarikan pendampingmu, hingga tiba waktunya. Semakin dekat hari pernikahanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu, tatkala itu hatiku serasa teriris-iris, airmataku mengalir, entah apa rasanya hati ini, suka telah bercampur dengan duka dan tengis telah bercampur pula dengan tawa.

Waktupun berlalu, seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah pernikahan itu, aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang menjadi pelipur duka dan kesedihanku sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam, tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan kedalam kolam yang hening dengan dedaunan yang berguguran, aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku. Waktu bagiku kini sangatlah lama, hanya untuk melihat rupamu, detik demi detik kuhitung demi mendengar suaramu, akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu bersandar di pinggir pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu yang tak kunjung datang. Setiap kali tertuk pintu, aku menyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu, setiap kali telepon bordering, aku merasa bahwa engkau yang akan menelponku, setiap kendaraan yang lewat, aku merasa bahwa engkaulah yang datang. Namun semua itu tidak ada, penatianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping-keping, yang ada hanya keputus asaan dan yang tersisa hanyalah kesedihan dari keletihan yang selama ini kurasakan sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya…

Anakku, Ibumu ini tidaklah meminta banyak dan ia tidaklah menagih kepadamu sesuatu yang bukan-bukan , yang ibu pinta kepadamu, jadikan Ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu, jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu agar bias kutatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu dan Ibu memohon kepadamu nak, janganlah engkau pasang jerat permusuhan dengan Ibumu, jaganlah kau buang wajahmu ketika Ibu hendak memadangnya. Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah Ibumu sebagai salah satu tempat persinggahanmu agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik, jangan jadikan ia epat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi atau sekiranya engkau terpaksa datang sambil menutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi…….

Anakku, telah bungkuk pula punggungku, bergemetar tanganku karena badanku telah dimakan oleh usia dan telah digerogoti oleh berbagai penyakit, berdiri seharusnya telah dipapah, dudukpun seharusnya dibopong.  Akan tetapi cintaku padamu masih seperti dulu,masih seluas lautan yang tak pernah mengering dan masih pula layaknya angin yang tak kunjung berhenti. Kiranya seorang memuliakanmu satu hari saja, niscaya engkau akan balas kebaikan dengan kebaikan, sedangkan Ibumu? mana balas budimu? mana balasan baikmu? Bukankah air susu dibalas dengan balas air serupa? Dan bukan sebaliknya, air susu dibalas degan air tuba? Dan bukankah Allah Ta’ala telah berfirman “ Bukankah balasan kebaikan (tidak lain kecuali) dengan kebaikan yang serupa ? ”. Sampai begitukah keras hatimu dan sudah begitu jauhkah dirimu setelah berlalunya hari serta berselangnya waktu ?

Wahai anakku ketahuilah, setiap kali aku mendengar engkau bahagia dalam hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku, setiap kebahagiaanmu adalah kebahagiaan unukku.Bagaimana tidak, karena engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkau adalah hasil dari keletihanku, engkaulah laba dari semua usahaku. Dosa apakah yang telah kuperbuat, sehingga engkau jadikan aku musuh bebuyutanmu? Apakah aku pernah salah pada suatu hari dalam bergaul denganmu? Atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu? Tidak sudikah engkau jadikan aku pembantu yang terhina dari sekian banyak pembantumu yang mereka semua telah engkau beri upah dan kaupun jadikan tempat tinggal untuknya dibawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau sekarang menganugerahkan sedikit kasih sayang demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Dan Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang berbuat baik, yang ibu pinta di hari-hari penghujung ini hanyalah untuk melihat wajahmu dihadapanku meskipun itu adalah wajah masam yang penuh dengan amarah, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Duhai anakku, hatiku terasa teriris dan air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat walafiyat, ibu dengar kau adalah orang yang suplle, dermawan dan berbudi. Anakku, tidakkah tiba masanya hatimu melembut terhadap wanita renta yang binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan? Berbahagiakah engkau yang  telah berhasil membuat air matanya mengalir, Berbahagiakah engkau yang telah membuat luka di hatinya dan engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu yang tepat menghujam jantungnya, serta engkaupun berhasil meutuskan tali silaturahim dengannya.

Aku tidaklah mengeluh dan mengumbar kesedihan. Aku tidak akan angkat keluhan ini kelangit, tidak akan ku keluhkan duka ini kepada Allah. Karena kalaulah itu semua terangkat ke langit dan naik ke pintunya, maka yang akan binasa adalah engkau, engkau akan tertimpa hukuman durhaka terhadap orang tua. Niscaya hukuman akan turun menimpa dirimu dan akan jatuh musibah atas negerimu yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya. Tidak, aku tidak akan melakukan itu, bagaimana aku melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku, bagaimana ibu ini kuat menengadahkan tagannya kelangit sedangkan engkau adalah pelipur lara hatiku, engkau adalah kebahagiaan hidupku. Bangunlah nak, bangunlah Wahai anakku inilah sebenarnya pintu surga, maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku denganmu nanti bertemu disana dengan kasih sayang Allah Ta’ala.

Anakku, ingatlah sabda nabimu : “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah, sekiranya engkau menginginkan,  maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah.” (HR. Ahmad)

Anakku, kukenal kau dari dulunya, semenjak engkau telah beranjak dewasa bahwa engkau sangat tamak dengan pahala. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan berjamaah, engkau selalu bercerita kepadaku tentang keutamaan shaf pertama didalam sholat berjamaah, engkau selalu memukakan tentang infaq dan bersedekah. Akan tetapi satu hadits yang kau lupakan nak, satu keutamaan besar yang engkau telah lalaikan, yaitu Abdullah ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam: “ Wahai rasulullah, amalan apa yang paling mulia ? Beliau berkata : shalatlah di awal waktu. Lalu aku bertanya lagi : lalu apa ya rasulullah ? beliau berkata : berbakti kepada kedua orang tua. Lalu aku bertanya lagi : lalu apa ya rasulullah ? beliau berkata : jihad di jalan Allah. Lalu beliau diam, sekiranya aku bertanya lagi maka beliau akan menjawabnya. ” (Muttafaqun Alaih).

Wahai anakku, ini aku, ibumu, pahalamu, tanpa peru kau memerdekakan budak atau banyak-banyak berinfak, tanpa engkau harus banyak-banyak bersedekah, aku pahalamu nak. Pernahkah kau mendengar kisah seorang suami yang pergi meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negrinya untuk mencari tambang emas untuk menghidupkan keluarganya? Dia salami satu persatu, dia ciumi istrinya, dia salami anaknya, dia mengatakan “ayahmu wahai anak-anakku, akan pergi kenegri yang ayah sendiri tidak tahu, ayah akan mencari emas. Rumah kita yang reot ini jagalah, ibu kalian yang tua renta ini jagalah.” Lalu berangkatlah ia. Suami yang berharap untuk pergi mendapatkan emas demi untuk membesarkan anak-anaknya, untuk membangun istana dari rumah yang kumuh reotnya, namun apa yang terjadi ? setelah 30 tahun dalam perantauan, yang ia bawa hanyalah tangan hampa dan kegagalan, ia gagal dalam usahanya, lalu ia pun pulang kekampungnya. Sampailah ia kedusun yang selama ini ia tinggal, apalagi yang terjadi di tempat itu ? kiranya matanya terbelalak ketika sampai di lokasi rumahnya, ia tidak lagi melihat gubuk reot yang ditempati anak-anak dan keluarganya, akan tetapi ia telah melihat sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Ia mencari tambang emas kenegri entah berantah, namun kiranya tambang emas ada di bawah kakinya sendiri. Itulah perumpamaanmu dengan kebaikan wahai anakku. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau lupa bahwa di dekatmu terdapat pahala yang amat besar, disampingmu ada orang yang dapat menghalangimu masuk surga atau mempercepat amalmu duhai anakku. Bukankah ridhaku adalah keridhaan Allah dan bukankah murkaku adalah kemurkaan Allah juga wahai anakku ?

Aku takutkan engkau adalah orang yang dimaksud Rasulullah shalallahu’alaihiwasallamdidalam haditsnya : “Celaka seseorang-celaka seseorang ! sahabat bertanya : siapa ya rasulullah ? beliau berkata : seorang yang mendapati kedua orang tuanya, salah satu atau keduanya, akan tetapi tidak dapat membuat ia masuk surga.” (HR. Muslim)

Sadarlah wahai anakku, uban mulai tumbuh dibelakang rambutmu. Tahun demi tahun akan berlalu dan engkau akan menjadi tua renta dan balasan pasti sesuai dengan jenis perbutannya. Aku tidak ingin kelak engkau akan menulis surat dengan air matamu kepada anak-anakmu sebagaimana aku menulis surat ini kepadamu. Dan di sisi Allah akan bertemu orang-orang yang berseteru wahai anakku.

Anakku, bertakwalah kepada Allah, takutlah pada-Nya, berbaktilah pada ibumu. Hentikanlah air matanya dan hiburlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya serta kokohkan badannya yang telah lapuk, sesungguhnya surga ada dibawah kakinya. Anakku, setelah engkau membaca surat ini, maka terserah engkau. Silahkan engkau robek-robek surat ini sebagaimana engkau merobek-robek hati ini. Tapi ketahuilah, “barangsiapa yang menanam maka dialah yang akan menuai.”

Washalallahu’alannabiyyina Muhammadin wa’ala alihi washohbihi wasallam, Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Dari ibumu yang merana yang selalu mencintaimu

Setelah beberapa minggu, maka anaknya pun membalas surat dari ibunya ini. Mau tau bagaimana balasan sang anak ? 

Sumber :
Kitab Qishash Muatstsirah fii Birru wa 'Uquuqu Al-Waalidain dan telah diterjemahkan dengan judul Andai Kau Tahu Wahai Anakkku, diterbitkan oleh Pustaka At-Tibyan.
Kajian intensif bersama Ustadz Armen Halim Naro yang berjudul Curahan Hati Sang Ibu Untuk Anaknya

Tahun Baru dan Hari Valentine Dalam Syari’at Islam

Sebelum melakukan suatu perbuatan kita haarus tahu apakah perbuatan itu dihukumi sebagai perbuatan yang diperbolehkan, diwajibkan, disunnahkan, dimakruhkan atau bahkan diharamkan.
Lalu apa hukumnya merayakan tahun baru masehi bagi seorang muslim ?
Ok kalo pengentahu, aku kasih tau bocorannya. Bahwa merayakan tahun baru masehi adalah bukan tradisi dari ajaran Islam. Meskipun jutaan bahkan milyaran umat Islam didunia ini terlarut  dalam gemerlap pesta kembang api atau melibatkan diri dalam hiburan berbalut maksiat, tetap aja nggak lantas menjadikan perayaan itu jadi boleh atau halal. Sebab ukurannya bukanlah banyak atau sedikitnya yang melakukan, tapi patokannya terhadap syari’at. Oke ?
Jadi, tahun baru masehi  itu sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Nashrani, lho. Masehi kan nama lain dari Isa Almasih dalam keyakinan Nashrani So, sekadar tahu aja nih, tahun baru masehi itu sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Nasrani, lho. Masehi kan nama lain dari Isa Almasih dalam keyakinan Nasrani. Sejarahnya gini nih, menurut catatan di Encarta Reference Library Premium 2005, orang pertama yang membuat penanggalan kalender adalah seorang kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar. Itu dibuat pada tahun 45 SM jika mengunakan standar tahun yang dihitung mundur dari kelahiran Yesus Kristus.

Tapi pada perkembangannya, ada seorang pendeta Nasrani yang bernama Dionisius yang kemudian ?memanfaatkan’ penemuan kalender dari Julius Caesar ini untuk diadopsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus. Itu sebabnya, penanggalan tahun setelah kelahiran Yesus Kristus diberi tanda AD (bahasa Latin: Anno Domini yang berarti: in the year of our lord) alias Masehi. Sementara untuk jaman prasejarahnya disematkan BC (Before Christ) alias SM (Sebelum Masehi)

Nah, Pope (Paus) Gregory III kemudian memoles kalender yang sebelumnya dengan beberapa modifikasi dan kemudian mengukuhkannya sebagai sistem penanggalan yang harus digunakan oleh seluruh bangsa Eropa, bahkan kini di seluruh negara di dunia dan berlaku umum bagi siapa saja. Kalender Gregorian yang kita kenal sebagai kalender masehi dibuat berdasarkan kelahiran Yesus Kristus dalam keyakinan Nasrani. “The Gregorian calendar is also called the Christian calendar because it uses the birth of Jesus Christ as a starting date.”, demikian keterangan dalam Encarta.

Di jaman Romawi, pesta tahun baru adalah untuk menghormati Dewa Janus (Dewa yang digambarkan bermuka dua-ini bukan munafik maksudnya, tapi merupakan Dewa pintu dan semua permulaan. Jadi mukanya dua: depan dan belakan, depan bisa belakang bisa, kali ye?). Kemudian perayaan ini terus dilestarikan dan menyebar ke Eropa (abad permulaan Masehi). Seiring muncul dan berkembangnya agama Nasrani, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai satu perayaan “suci” sepaket dengan Natal. Itulah sebabnya mengapa kalo ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu: Merry Christmas and Happy New Year, gitu lho.

Nah, jadi sangat jelas bahwa apa yang ada saat ini, merayakan tahun baru masehi adalah bukan berasal dari budaya kita, kaum muslimin. Tapi sangat erat dengan keyakinan dan ibadah kaum Nasrani. Jangankan yang udah jelas perayaan keagamaan seperti Natal, yang masih bagian dari ritual mereka seperti tahun baru masehi dan ada hubungannya serta dianggap suci aja udah haram hukumnya dilakukan seorang muslim
Terus, boleh nggak sih kita merayakan tahun baru karena niatnya bukan menghormati kelahiran Yesus Kristus dalam keyakinan agama Nasrani? Ya, sekadar senang-senang aja gitu, sekadar refreshing deh. Hmm.. ada baiknya kamu menyimak ucapan Umar Ibn Khaththab: “Janganlah kalian mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka“

Nah udah jelaskan mengenai syariat Islam  tentang perayaan tahun baru masehi, yaudah kita lanjutin syari’at Islam mengenai perayaan hari Valentine. Sebelum itu, kita lihat dulu sejarah adanya hari valentine ini.
Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.
 
Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
 
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.
 
Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.
 
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat  dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.

PANDANGAN ISLAM 
Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
 
Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:
“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
 
Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.
 
Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.
Sudah jelas! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan.
Agama Islam mengajarkan kita untuk hidup saling toleransi antar sesame manusia tetapi hanya untuk muamalahnya saja tidak untuk akidah. Jadi pantaskah kita sebagai umat muslim merayakannya ?

                                                                             Sumber : Majalah Funn'i Edisi XI Tahun 2011