Rabu, 21 September 2011

H I L A N G


H I L A N G
Karya Dirga Maulidan

            Tersebutlah nama Asmuni Sabri. Ia lebih akrab dengan sebutan Pak Asmuni. Profesinya adalah guru di SDN 1 Banjarnegeri, Kec. Gunung Alip, Kab. Tanggamus. Ia juga menjabat sebagai Ketua Pembina Gugus Depan SDN 1 Banjarnegeri dan Kakwaran di kecamatan Gunung Alip. Usianya telah lebih dari setengah abad dan sebagian besar telah ia abdikan untuk Gerakan Pramuka demi membentuk generasi yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
            “Banyak pelajar sekarang yang mengganggap bahwa kegiatan-kegiatan perkemahan seperti Pramuka hanya akan membuang-buang waktu saja. Dan ada pula yang beranggapan bahwa kegiatan Pramuka adalah kegiatan yang tidak lagi di perlukan di zaman sekarang. Padahal, kegiatan Pramuka justru merupakan kegiatan yang mengasyikan, meskipun dalam kegiatan Pramuka banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi tetapi, dari kegiatan Pramuka tersebut, kita dapat memperoleh banyak pengalaman yang berharga dan mengesankan serta bermanfaat untuk kehidupan kita dimasa yang akan datang. Salah satu manfaat yang di dapatkan dalam kegiatan Pramuka adalah lebih disiplin dan mandiri dalam bertindak, sebab jikalau kemandirian dan kedisiplinan telah kita terapkan sejak dini, maka kehidupan kita di masa depan akan lebih baik sehingga kelak mereka akan menjadi pemimpin yang kesatria, arif, dan bijaksana, karena di Negara Indonesia ini sangat di butuhkan pemimpin yang bijaksana, baik dalam bertindak maupun dalam mengambil suatu keputusan, selain itu manfaat yang di dapat selanjutnya adalah mereka mempunyai jiwa sosial yang tinggi terhadap lingkungan sekitar mereka sehingga hal tersebut memudahkan mereka untuk bersosialisasi dengan siapapun.” Tegas Kak Asmuni tanpa keraguan sedikit pun dalam dirinya.
            Salah satu upaya yang di lakukan Kak Asmuni untuk menarik pelajar untuk ikut dalam kegiatan Pramuka adalah lewat Kegiatan Perkemahan Sabtu Minggu (Persami). Kegiatan itu rencananya akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini di Gudep SDN 1 Banjarnegeri. Bagi para anggota Pramuka aktif, rasa gembiralah yang ada di dalam benak mereka. Karena dengan mengikuti kegiatan Persami, mereka dapat menambah wawasan yang diperoleh dari kakak-kakak pembina yang telah berpengalaman dan menambah rasa solidaritas.
            Seminggu sebelum kegiatan persami berlangsung, Kak Asmuni yang menjadi ketua pelaksana telah menyiapkan materi dan jadwal kegiatan tersebut.
Ia ingin agar para anggota Pramuka tidak bosan selama kegiatan berlangsung dan yang terpenting kegiatan tersebut dapat bermanfaat bagi mereka.
            Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari Sabtu pagi, Kak Asmuni mengadakan rapat bersama kepala sekolah sebagai Kamabigus, Ketua Pembina Gugus Depan, Pembina Satuan Penggalang Putra dan Putri, guru sebagai Pembina Gugus Depan dan di ikuti juga oleh Pratama Gugus Depan tersebut. Sedangkan para anggota Pramuka lainnya mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk kegiatan tersebut.
“Sikindua haga mulang ngakuk jakhuwan!”1 seru seorang penggalang.
Dang beni ga!2 jawab temannya.
Sementara itu, ada anggota Pramuka lain yang menyiapkan tenda, membuat patok dari batang pohon kopi, ada yang membawa tikar sebagai alas tidur, membawa kompor untuk memasak, membawa lampu badai, dan lain-lain.
            Waktu telah tepat pukul 09.00 para anggota Pramuka memulai dengan mendirikan tenda, setelah itu mereka dikumpulkan di lapangan oleh ketua regu masing-masing untuk melaksanakan upacara pembukaan persami. Setelah salat dzuhur, para pembina Pramuka memulai kegiatan Pionering, Peraturan Baris Berbaris (PBB), Semaphore, dan Morse sebagai bekal untuk mengikuti kegiatan heaking esok harinya.
“Siap gerak. Lencang kanan gerak. Tegak gerak.” Suara aba-aba oleh kakak pembina yang terdengar sangat lantang saat kegiatan PBB.
“Siap gerak. Hadap kanan gerak. Hadap kiri gerak. Balik kanan gerak.” Terdengar juga suara kelompok PBB lain dari tempat yang berbeda.
Walaupun kegiatan pada siang hari itu berlangsung cukup lama, tetapi tak terlihat seorang anggota Pramuka yang merasa kelelahan karena mereka semua mengikutinya dengan ikhlas dan hati yang senang. Kegiatan pada siang hari itu pun telah usai, yang ditandai dengan diadakannya upacara penutupan latihan. Semua yang berada di bumi perkemahan lalu melakukan bersih pribadi atau yang sering di sebut dengan ishoma (istirahat, salat, makan).
            Salat Magrib telah dilaksanakan, selanjutnya Kak Asmuni memberikan materi tentang manfaat mengikuti kegiatan Pramuka. Pramuka adalah gerakan Praja Muda Karana yang memberi bekal pada kaum muda untuk dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungannya masing-masing. Kegiatan Pramuka dilaksanakan di luar kegiatan formal, nonformal, dan dilaksanakan di alam terbuka. Materi yang selanjutnya diberikan adalah tentang  seni dan budaya yang memperkenalkan tentang kebudayaan Lampung. Karena budaya Lampung makin lama makin punah, maka kakak pembina memberikan materi tentang betapa berartinya budaya Lampung bagi kita semua sebagai penduduk Lampung. Dan yang sangat disayangkan sekali apabila budaya Lampung hilang terlindas zaman.
Musim ini adalah musim penghujan, jadi sehari sebelum pelaksanaan kakak pembina telah mengumumkan agar adik-adik penggalang membawa kayu bakar dari rumah masing-masing untuk membuat api unggun. Tepatnya pukul 10.00 di bumi perkemahan tersebut, acara penyulutan api unggun akhirnya dimulai dengan upacara api unggun.
Kak Asmuni memberikan beberapa patah kata tentang pengertian yang isinya tentang kegiatan api unggun.
“Pertama, api unggun bermanfaat sebagai pelepas lelah pada siang hari setelah berlatih seharian. Kedua, Kegiatan api unggun bukanlah mendewakan api, tapi untuk menghangatkan tubuh di tengah malam yang dingin. Ketiga, Api unggun berfungsi sebagai penerang di malam yang gelap gulita. Dan yang terakhir berguna untuk melindungi diri dari hewan buas.” Tegas Kak Asmuni dengan semangat 45 yang membara.
Tumpukan kayu bakar yang telah di tumpuk di tengah bumi perkemahan akhirnya di sulut oleh para Penggalang setelah pembacaan Tri Satya dan Dasadharma. Suhu tubuh mereka naik berlipat ganda dari dingin menjadi panas. Dengan perlahan mereka mengambil langkah mundur menjauhi tumpukan api unggun agar tidak kepanasan.
“Api... api... api... api... api... api kita sudah menyala!” Nyanyian yang dilantunkan oleh para peserta perkemahan menambah meriahnya suasana di malam yang hangat itu.                                                                                                                                                                                                                                                                                 
Atraksi dan yel-yel dari masing-masing regu ditampilkan. Dengan membaranya api unggun yang menghangatkan tubuh dan suasana meriah membuat para peserta perkemahan 100 kali lipat lebih semangat dari sebelumnya. Ada yang menampilkan drama, keterampilan memainkan tongkat, keterampilan menyanyi, dan lain-lain. Sementara itu para panitia lomba menilai penampilan peserta dan yang terbaik akan diumumkan pada upacara penutupan esok sore. Setelah semua regu putra dan putri tampil, ini adalah saat mereka untuk merajut mimpi di atas hamparan tikar dalam tenda yang sempit.
Setelah waktu yang telah ditentukan, Kak Asmuni menyuruh para kakak pembina untuk membangunkan para peserta perkemahan.
“Ayo adik-adik banguuuun... banguuuun....” terdengar suara dari luar tenda para penggalang. Suara itu adalah suara kakak pembina yang bertugas membangunkan para peserta perkemahan.
“Sikindua haga pedom luwot!”3 saut salah seorang penggalang.
“Dang pedom luwot, kham hakhus sembahyang”4 jawab temannya.
Dan sebelum azan subuh dikumandangkan, para peserta perkemahan telah selesai menyucikan diri dengan air wudu dan bersiap untuk kegiatan ibadah salat subuh. Dingin udara pagi tidak mengurangi kekhusyukan para peserta perkemahan dalam beribadah. Ibadah salat subuh telah didirikan, saatnya para anggota Pramuka untuk mendapatkan siraman rohani atau kultum.
            Tak terasa matahari mulai merangkak dari ufuk timur dan memancarkan sinarnya yang hangat, serasa membelai tubuh setelah semalaman tubuh bergelut dengan dinginnya udara malam yang diselimuti oleh kain sarung sebagai selimut tidur. Ini adalah saat bagi para peserta Pramuka untuk melaksanakan kegiatan penyegaran tubuh melalui senam Pramuka untuk mengawali kegiatan di hari akhir persami dengan tubuh yang bugar sehingga semangat dapat terpancar dari diri mereka dalam mengikuti kegiatan-kegiatan. Tubuh telah bermandi keringat, para peserta perkemahan lalu mencari tempat untuk sekedar MCK. Ada yang menumpang mandi di rumah penduduk sekitar bumi perkemahan dan ada juga yang memilih untuk membersihkan diri di sungai yang bisa dibilang jernih airnya. Tubuh bersih dan bugar namun lapar. Saat bagi para peserta perkemahan untuk sarapan.
            “Adik-adik ambil piring kalian masing-masing dan berbaris ya!” kata seorang kakak pembina.
            “Ya, Kak!” jawab mereka serentak.
            Semua peserta perkemahan makan dengan sayur dan lauk seadanya.
            Kegiatan hari akhir dibuka dengan upacara pembukaan latihan oleh semua peserta. Setelah itu, Kak Asmuni mulai membagi tugas kepada para pembina untuk memulai kegiatan heaking atau penjelajahan. Ada yang mendapat tugas untuk memberi tanda-tanda jejak, dan ada juga petugas yang mengatur pemberangkatan regu penjelajah. Heaking pun dimulai, satu persatu regu penggalang diberangkatkan dari bumi perkemahan menuju pos-pos yang telah ditentukan. Dalam pos-pos tersebut terdapat beberapa perintah dalam bentuk sandi-sandi sepeti sandi cina, sandi marengos, sandi angka, sandi rumput, semaphore dan morse.
“Lapor, kami regu walet telah sampai di pos III dan siap menerima tugas!” tegas ketua regu walet.
“Laporan di terima kembali ke tempat!” jawab Kakak Pembina dengan tidak kalah tegasnya. “Selanjutnya kalian selesaikan sandi rumput ini!” Lanjutnya.
Regu walet pun langsung berusaha menyelesaikan sandi rumput itu. “Kamu cari di buku rumusnya kemudian tolong saya mencari jawabannya dan kamu yang tulis jawabannya” Perintah ketua regu walet.
Tampak juga beberapa regu yang merasa kesulitan dalam memecahkan teka-teki sandi tersebut. Ada yang sibuk membuka-buka buku catatan dan ada yang menulis jawaban. Regu yang dapat menjawab teka-teki yang diberikan dapat melanjutkan perjalanan ke pos-pos selanjutnya. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama, akhirnya semua regu kembali ke arena perkemahan dan menyetorkan semua catatan hasil kegiatan heaking.
“Allahuakbar Allahuakbar” terdengar suara azan dari masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari bumi perkemahan. Para peserta perkemahan lalu berwudu dan menunaikan salat dzuhur.
            Hari ini merupakan hari terakhir dan kegiatan terakhir dalam rangkaian kegiatan persami adalah upacara penutupan persami sekaligus penyampaian hasil-hasil kegiatan oleh Kak Asmuni. Ada penggalang yang merasa senang karena regu mereka menang, dan ada yang bersedih karena regu mereka kalah dalam lomba-lomba. Tetapi bagi mereka yang terpenting dalam kegiatan persami adalah bertambahnya wawasan mereka tentang ke-Pramukaan, menambah rasa solidaritas antar anggota Pramuka, menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat, dan melatih diri untuk hidup sederhana.
            Dengan pengalaman Pak Asmuni dalam dunia ke-Pramukaan membuatnya tidak sulit dalam merekrut anggota-anggota Pramuka yang berguna di masa yang akan datang. Kegiatan Persami adalah contohnya. Kegiatannya berisikan permainan-permainan yang tidak di sadari itu menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bukan hanya sekedar berhura-hura menghabiskan waktu luang.
            Rasa lelah yang di rasakan Kak Asmuni selama kegiatan persami berlangsung seakan terhapuskan dengan senyum gembira dan rasa semangat yang terlihat dari para penggalang. Ia bertekad tidak akan berhenti membentuk generasi yang berkualitas hingga ruh lepas dari tubuhnya. Karena salah satu tujuan hidup Pak Asmuni adalah memberi bekal kehidupan kaum muda lewat organisasi Gerakan Pramuka sehingga kaum muda Indonesia khususnya di Kecamatan Gunung Alip menjadi manusia yang sukses tidak hanya dalam segi intelektual tetapi juga sukses dalam kehidupan bermasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar